Suarindonesianews.com Bulukumba - Aroma tak sedap mencuat dari tubuh kepolisian di Polsek Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba. Publik dihebohkan oleh dugaan adanya praktik “tebang pilih,” terhadap sejumlah pelaku penganiayaan yang belum diamankan oleh aparat Polsek Rilau Ale Bulukumba, kejadian sudah lebih dari sepekan (9 hari,red).
Kasus ini memantik keresahan dan kecurigaan masyarakat akan integritas penegakan hukum di wilayah tersebut. Selasa,15/4/2025.
Informasi yang beredar luas di kalangan masyarakat dalam grub IG, pengguna akun @Suprianto_bpr mengakui, "Kepolisian disana Tidak ada gunanya dibayarpi baru mau dipenjara, itupi nabergerak uangpi jalan,"
Tak ayal, isu adanya permainan kotor dan rekayasa penanganan perkara pun menyeruak, menghilangkan kepercayaan publik terhadap institusi yang katanya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
Ketua umum LSM Gerak Indonesia, Kadar Hakim menyesalkan tindakan kepolisian atas tidak diamankanya pelaku penganiayaan. Ini menjadi cermin buruk terhadap kinerja kepolisian dalam penanganan kasus pidana yang membiarkan pelaku pidana bebas tanpa tanggungjawab.
Kami berharap pihak kepolisian dari Polsek Rilau Ale, Polres Bulukumba, untuk segera mengamankan pelaku penganiayaan tanpa pandang bulu.
"Kinerja kepolisian di Polsek Rilau Ale, wilayah Polres Bulukumba integritas dan kinerjanya dipertanyakan, dan ini tidak sesuai anjuran Bapak Kapolri, yang mengharapkan agar keadilan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan meminta jajaran polri untuk merespons cepat aduan masyarakat,"
Sementara pihak keluarga korban, Asriani Mastuang mengecam tindakan kepolisian wilayah polsek Rilau Ale, yang membiarkan pelaku bebas dan tidak segera diamankan.
Kami ingin tahu mengapa pelaku tindak pidana penganiayaan yang dilakukan secara bersama-sama dan pelakunya rata-rata sudah berkeluarga, belum diamankan sampai sekarang. Ini harus dibuka secara terang-benderang, Ujar Asriani, yang kecewa atas kinerja kepolisian polsek Rilau Ale.
"Jika ini bisa terjadi kepada keluarga saya, apa jaminannya tidak akan terjadi pada keluarga kecil lain-nya ? Ini bukan cuma persoalan uang, ini soal keadilan dan martabat manusia," Ungkap Asriani.
Kasus ini menjadi ujian besar bagi Polsek Rilau Ale wilayah Polres Bulukumba Sulawesi selatan dalam menjaga kepercayaan masyarakat, apalagi saat ini institusi polri sudah mulai hilang kepercayaan terhadap masyarakat Indonesia.
Di tengah maraknya kasus penganiayaan yang terjadi di wilayah Polres Bulukumba Sulawesi selatan, publik menuntut ketegasan, bukan keraguan. Transparansi dan akuntabilitas kini menjadi dua kata kunci yang wajib dijunjung tinggi oleh para penegak hukum. Jika tidak, stigma “tebang pilih,” hanya akan menjadi luka baru dalam catatan panjang penegakan hukum yang pincang.